“Di Antara Pelukan dan Pagar: Suara Seorang Anak Perempuan”

 




Sebagai seorang anak perempuan, saya sering merenungkan hubungan antara kasih 
sayang orang tua dan kebebasan anak untuk bertumbuh. 
Banyak di antara kita yang dibesarkan dengan niat baik: dijaga, diawasi, dan diarahkan 
agar tidak salah langkah. Namun, dalam praktiknya, kasih sayang yang berlebihan
terkadang berubah menjadi bentuk pengendalian yang justru mengekang 
ruang perkembangan diri anak perempuan.

Saya memahami bahwa setiap orang tua memiliki rasa khawatir yang besar terhadap anak perempuannya. Dunia memang tidak selalu ramah, dan naluri untuk melindungi adalah 
hal yang alami. Namun, ketika perlindungan tersebut diwujudkan 
dalam bentuk larangan yang berlebihan tanpa ruang dialog, tanpa kepercayaan yang tumbuh
bukanlah rasa aman, melainkan rasa takut. Anak perempuan yang hidup dalam kendali
sering kali kehilangan keberanian untuk bersuara, bahkan terhadap hal-hal yang 
menyangkut dirinya sendiri.

Padahal, kebutuhan utama anak perempuan bukan hanya perlindungan fisik, melainkan juga kepercayaan dan penghargaan atas kemampuannya mengambil keputusan. 
Ia membutuhkan orang tua yang mampu mendengar tanpa menghakimi, memahami tanpa menuntut kesempurnaan, dan mendampingi tanpa harus menguasai. Ruang kepercayaan inilah yang 
akan membentuk keberanian, tanggung jawab, serta identitas diri yang utuh.

Saya percaya bahwa pola asuh yang terlalu mengikat bukanlah wujud kasih yang sehat. 
Sebaliknya, kasih yang sejati adalah yang memberi ruang bagi anak untuk tumbuh dan belajar dari kehidupannya sendiri. Orang tua dapat tetap hadir sebagai tempat pulang, bukan sebagai tembok yang membatasi langkah. Dalam ruang yang penuh kepercayaan dan dialog terbuka, anak perempuan dapat tumbuh menjadi pribadi yang kuat, mandiri, dan tetap berakar pada nilai-nilai yang diajarkan oleh keluarganya.

Pada akhirnya, anak perempuan tidak membutuhkan pagar yang tinggi untuk merasa aman,
melainkan pelukan yang memahami dan kepercayaan yang menumbuhkan. Karena cinta yang sejati tidak mengekang, melainkan membimbing untuk berani terbang dengan sayapnya sendiri

Posting Komentar

0 Komentar